BELAJAR ARTI KEMERDEKAAN DARI BILAL Oase Iman
Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Sosial
Euforia sebagian masyarakat merayakan HUT RI ke-74 kini sedang berlangsung dengan berbagai macam cara penyambutannya. Intinya adalah konon menyambut HUT "Kemerdekaan". Pertanyaannya, kemerdekaan dalam bentuk apa?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis mengajak sidang pembaca menyimak kembali sejarah tentang memaknai arti kemerdekaan yang hakiki.
Ummat Islam tentu tak asing lagi dengan nama sosok sahabat Rasul SAW yang satu ini, kerena dia adalah muadzin pertama pilihan insan yang agung Rasul SAW, Bilal bin Rabah.
Penulis tidak akan membahas soal kemerduan suara Bilal saat mengumandangkan adzan tanda masuk waktu shalat, tapi akan mencoba mengajak sidang pembaca dari sisi kemerdekaan jiwa seorang anak manusia bernama Bilal.
Status Bilal berangkat bukan dari anak pejabat, anak orang kaya, anak cendikiawan, bukan pula dari anak pimpinan partai, tapi Bilal berangkat dari sosok yang dilahirkan dari seorang ibu bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam, sehingga Bilal sering dipanggil dengan sebutan ibnus-Sauda'(putra wanita hitam).
Bilal seorang budak hitam yang tidak bergelar cendikiawan, pakar, kiai yang yang bersorban, tidak pula menjadi penjilat yang mengemis-ngemis jabatan, tapi sosok Bilal adalah berstatus seorang budak yang secara fisik masih di bawah kendali majikannya tapi beliau memiliki kemerdekaan jiwa yang benar-benar merdeka. Secara fisik majikannya bisa berbuat apa saja termasuk menyiksa Bilal untuk kembali ke keyakinan nenek moyangnya, tapi Bilal tetap teguh mempertahankan kemerdekaan jiwanya untuk tetap mengucapkan, Ahad, ,,Ahad,,,Ahad,,,(Allah Mahaesa,,,Allah Mahaesa,,,Allah Mahaesa) di tengah-tengaj siksaan yang sedang mendera fisiknya.
Pertanyaan berikutnya, kenapa sosok Bilal yang telah dimerdekakan oleh Abu Bakar dengan cara menebusnya dari majikannya lantas jadi sosok yang mulia di hadapan insan paling mulia pula, Rasul SAW?
Jawabnya, Rasul SAW mengajarkan kepada kita bahwa kemerdekaan jiwa seseorang tentang ketauhidannya lebih utama dari dunia dengan segala isinya.
Bilal memberi pelajaran bagi kita, bahwa kemerdekaan jiwa dengan tetap teguh berpegang kepada kalimat tauhid adalah paling berharga bagi kehidupan seorang yang beriman.
Disadari atau tidak, kini tidak sedikit muncul orang-orang yang penampilan fisiknya perlente, berderet gelar namun jiwanya belum merdeka, mereka tak ubahnya sebagai budak yang telah menuhankan hawa nafsunya. Terlihat merdeka secara fisiknya, tapi jiwanya tergolong budak. Alergi terhadap kalimat Tauhid walau hanya tertulis di selembar bendera. Belajar lagilah tentang arti kemerdekaan kepada Bilal yang fisiknya budak tapi jiwanya merdeka.
Sungguh ironis.
*********************************************************************
Salurkan donasi antum untuk menjaga Aqidah Umat dalam berbagai Program ANNAS FOUNDATION
Ke No. Rek. an. ANNAS FOUNDATION
Bank Muamalat :
129 000 3048 (Wakaf)
129 000 3049 (Shodaqoh)
129 000 3050 (Zakat)
Bank Mandiri :
13000 41 3000 40 (Wakaf)
13000 51 3000 54 (Shodaqoh)
13000 41 3000 57 (Zakat)
Hubungi Hot Line Kami
Di 081 12345 741
Atau Bisa Langsung Ke Kantor Kas ANNAS Foundation
Di Jl. CIJAGRA RAYA NO 39
BANDUNG
Senin sd Sabtu 09.00 sd 15.30
#ANNAS
#SyiahbukanIslam
#JundullahANNAS
#GEMAANNAS
#GARDAANNAS
#ANNASFoundation
#ANNASINDONESIA
Dikutip dari : -
Penulis : Tardjono Abu Muas
Jika artikel ini bermanfaat, silahkan share. Lets change the world together saudaraku !...
Comments