SOCIAL DISTANCING (ATAU PHYSICAL DISTANCING?) #6 Nasional
Social Distancing (atau Physical Distancing?)
Sebuah Telaah Kritis tentang Arsitektur Ruang Publik
dalam rangka Menjaga Iman dan Imun.
Bagian 1: ’Ancaman ‘Wuhan Covid-19’'.
diolah oleh :
Dr. Tendy Y. RAMADIN, S.Des., M.T. (Arch.)
…
Belajar dari Sirah Nabawiyah, Boikot Kuffar Quraisy Terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
Beberapa hari silam saya berbincang dengan kang Ustadz Rendi Yulianto, Kepala Sekolah Kuttab Bandung Barat yang juga Ketua DKM Masjid Al Qoyyum Kota Cimahi. Kang Rendi berpendapat bahwa situasi wabah semacam yang dihadapi hari-hari ini, sebenarnya dapat dianalogikan dengan keadaan ketika terjadi boikot kaum kuffar(asal katanya: kafir, artinya bersembunyi atau menutup diri, terjemahan bebasnya adalah tertutup mata hatinya) Quraissy terhadap perjuangan dakwah Islam yang dialami Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Penentangan kaum kuffar terhadap dakwah Islam dilakukan dengan berbagai cara: 1. Tawaran duniawi, namun cara ini tidak mempan. 2. Dengan cara tawar menawar, yaitu tawaran kepada Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam agar menyembah tuhan mereka sehari, dan mereka menyembah 'Tuhannya' ( Allah Azza wa Jalla ) Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
sehari. Tentu saja cara ini pun 'terpental'. 3. Dengan cara terror, intimidasi bahkan upaya pembunuhan.
Semua cara itu berujung kegagalan. Dan semua itu perwujudan dari ancaman berdasarkan wahn ( al wahn : kecintaan kepada dunia dan takut kepada kematian, ciri-ciri mereka yang terkena penyakit al-wahn ini adalah loyo, tak mau bergerak dalam dakwah, bahkan mati ruh jihad dalam dirinya).
Pemboikotan Total (setara dengan Lockdown?)
Syahdan akhirnya, kaum musyrikin itu berkumpul untuk menetapkan langkah efektif menghentikan Islam dan Nabi-nya. Pertemuan di antara mereka menghasilkan selembar kertas kesepakatan pemutusan hubungan total dengan Bani Hasyim dan Bani Abdil-Muththalib. (Bani pengertiannya lebih kurang selevel dengan suatu kaum, suku, atau keluarga besar). Kertas pengumuman itu berisi: “Barang siapa yang setuju dengan agama Muhammad, berbelas kasihan kepada salahseorang pengikutnya yang masuk Islam, atau memberi tempat singgah pada salah seorang dari mereka, maka ia dianggap sebagai kelompoknya dan diputuskan hubungan dengannya. Tidak boleh menikah dengannya atau menikahkan dari mereka. Tidak boleh berjual beli dengan mereka".
Kaum kuffar Quraisy menggantung pengumuman ini di salah satu sudut Ka’bah untuk menegaskan kekuatan isinya. Isolasi total bagi kaum muslimin!
Di tengah isolasi total ini Bani Hasyim dan Bani Muththalib ikut bergabung baik mereka yang muslim maupun yang kafir kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, mereka masuk ke syi’b (lembah) Bani Hasyim. Mereka yang kafir bergabung dengan motivasi kesukuan dan kekerabatan, sedang yang muslim dengan motivasi aqidah.
Sementara Abu Lahab, kerabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, justru berada bersama kafir Quraisy mendukung permusuhan dengan kaumnya.
'Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)' ini berlangsung selama tiga tahun, sehingga kaum muslimin tidak memiliki bekal makanan, bahkan sampai pada kondisi hanya makan dedaunan.
Anak-anak kaum muslimin menangis kelaparan, dan tangisan mereka terdengar dari balik lembah. Kaum muslimin tetap sabar dan tegar dari tekanan isolasi yang mencelakakan ini dengan terus mengharapkan pertolongan Allah.
Pertolongan Allah Subhanahu wa ta'ala: Pembatalan Lembar Pengumuman
Allah Subhanahu wa ta'ala tidak akan pernah melupakan Nabi pilihan-Nya dan orang-orang yang beriman bersamanya. Maka Allah jadikan hati orang-orang yang dilembutkan hatinya, dengan belas kasih kepada kaum muslimin. Allah Subhanahu wa ta'ala menundukkan sebagian orang Quraisy untuk membantu kaum muslimin yang terisolasi. Di antara mereka itu adalah Hisyam bin Amr, seorang yang dimuliakan kaumnya. Hisyam kerap membawa untanya penuh makanan dan pakaian di malam hari ke Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Begitu sampai di dekat syi’b (lembah) ia melepaskan kendali untanya kemudian dihentikannya unta itu.
Hisyam bin Amr berseru: “Wahai warga Mekkah, bagaimana mungkin kita makan enak, menggunakan pakaian yang nyaman, sementara Bani Hasyim mati kelaparan, tidak diperbolehkan jual beli? Demi Allah aku tidak akan nyaman duduk sehingga pengumuman embargo yang dzalim ini dirobek.”
Sementara Abu Jahal berkata dari di salah satu sudut Kabah, “Pendusta kamu, demi Allah, pengumuman itu tidak boleh dirobek.”
Zam’ah bin Al-Aswad dari sudut yang lain menimpali: “Engkau Abu Jahal, demi Allah, lebih pendusta. Kami tidak pernah menyetujuinya sejak engkau menuliskannya”. Berujar pula Abul Buhturiy: “Benar Zam’ah, kami tidak menyetujui tulisan itu dan tidak pernah mengakuinya.”
Sejurus kemudian seseorang bernama Al-Muth’im bin Adiy berucap: “Kalian berdua benar, dan sungguh berdustalah orang yang mengatakan selain yang kalian berdua katakan. Kami berlepas diri darinya dan tulisan yang ada di dalamnya.” Hisyam bin Amr pun meng-iya-kan perkataan Al-Muth’im bin Adiy.
Abu Jahal berkelit dengan menuturkan: “Ini pasti sudah diputuskan di malam hari, kalian telah bermusyawarah tentang hal ini di luar tempat ini.”
Itulah sekelumit gambaran perselisihan kaum kafir Quraisy kala itu. Dari kejauhan paman nabi yakni Abu Thalib yang saat itu berada di salah satu sudut masjid, menyaksikan perseteruan yang terjadi di antara mereka.
Muth’im bin Adiy singkat cerita berdiri ke tempat ditempelkannya pengumuman itu berniat untuk merobeknya, namun seketika didapatinya ternyata pengumuman itu sudah hancur dimakan rayap kecuali sebagian kecil yang tersisa adalah kalimat Bismikallahumma (dengan menyebut namamu yaa Allah tuhan kami) yang merupakan kebiasaan orang Arab manakala mengawali menulis surat.
Yuk cemati, perhatikan, bagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala melunak-kan hati sebagian dari mereka ini untuk menolong Islam dan kaum muslimin, ‘berpijak’ pada sisi yang benar.
Kemudian perhatikan pula, rayap yang menggerogoti pengumuman itu, menyisakan asma(nama) Allah Yang Maha Agung, sebagai bukti yang paripurna bahwa Allah Maha Suci dari seluruh ucapan orang-orang dzalim.
Dampak embargo menjaga iman dan imun.
Embargo ini berdampak baik bagi Islam dan kaum muslimin, antara lain:
Kaum muslimin dapat mengambil pelajaran langsung tentang kesabaran dan daya tahan. Mereka menyadari bahwa kehilangan keuntungan dan hancurnya sarana-sarana kebaikan tertentu adalah kewajiban pertama yang harus dimanifestasikan dalam pengorbanan di jalan aqidah. Kendati menghadapi tekanan keras, tidak ada motivasi lain selan aqidah yang paling utama, alih-alih motivasi yang bersifat materi ( wahn ).
Tekanan-tekanan itu tidak akan membunuh para da’i(juru dakwah) bahkan semakin memperkuat akar dan dahan-nya, Ketika Allah Subhanahu wa ta'ala menghendaki salah seorang hamba-Nya memfokuskan diri pada dakwah, kebenaran dan kebaikan, akan diletakkan di hatinya rasa tidak senang dengan apa yang dialami masyarakatnya, yang berupa kerusakan dan kesesatan.
Orang-orang Quraisy tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari nanti, cepat atau lambat, fajar baru akan terbit menyingsing, Mekkah akan bersih dari keberadaan berhala, adzan berkumandang di seluruh sudutnya, dan orang-orang yang pernah diboikot itu justru kelak akan menjadi pemegang kendali, menjadi para pemimpin yang memutuskan persoalan. Sementara itu mereka, kaum Quraisy menjadi tawanan yang mengharapkan ampunan. Mereka hanya meyakini bahwa hari ini dan nanti adalah milik mereka, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta'ala membalikkan harapannya, dan memberikan kemenangan besar kepada pembawa kebenaran.
Di antara kiat bijak para da’i menghadapi ahlul bathil (pelaku kedzaliman) adalah dengan data, argumentasi dan bukti, mendakwahi berangkat dari realitas yang mereka alami. Tidak dengan menyikapi siksaan dengan siksaan, cercaan dengan makian.
Seorang muslim tidak boleh tunduk oleh nafsunya untuk membalas (dan bertahan dengan gangguan) ketika mampu membalasnya, bahkan manakala ada orang yang siap membantunya menangkis siksaan itu. Inilah hakikat sejatinya ‘sistem imun’.
Hamzah RA ( Radhiyallahu Anhum , semoga ridha Allah selalu ada padanya) paman nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan Umar bin Khatab RA sahabat yang mulia, adalah sosok pemimpin sukses yang mampu mencerahkan pasukan dan potensinya untuk menghindari gangguan. Mereka memutuskan akan beralih kepada peperangan terbuka melawan musuhnya pada waktu, tempat yang baik bagi da’wah. Sebagai umpama, hijrah kaum muslimin ke Habasah pada masa sulit, adalah buah dari hubungan baik antara Islam dan Nasrani, serta kesepakatan untuk melawan kaum musyrikin. Kiat ini merupakan upaya optimalisasi ‘menggandeng kekuatan’ yang tidak mengganggu dan memusuhi Islam dengan terbuka. Itulah tarikat (jalan) siasat.
Jika seorang muslim komitmen dengan aqidah yang lurus, maka akan mengusir kebimbangan hatinya, menguatkan cahaya keyakinan hatinya.
Kaum muslim memanfaatkan semangat kesukuan dalam mencabut 'lockdown’. Para da’i-Allah keluar dari ujian dan penderitaan yang menimpanya dalam keadaan lebih tangguh, lebih kaya pengalaman, lebih mampu bergerak mencapai sasarannya, ketika mereka dapat mengambil buah ujian itu. Tsiqah (kata dasarnya watsiqa yatsiqu yang bermakna mengikat, meneguhkan dan mempercayai) yang utuh terhadap janji Allah Subhanahu wa ta'ala yang akan memberi pertolongan dan tsiqah yang utuh kepada ulil amri (pemimpin yang amanah berlandaskan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai pedoman dalam memimpin) diiringi dengan harapan pahala di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala. Keyakinan yang kuat (iman) bahwa pertolongan itu pasti datang jika sifat-sifat kelayakan untuk mendapatkan pertolongan itu terpenuhi.
Sebagai catatan untuk diketahui, bangsa Arab kendati dalam karakter jahiliyah nya, terbiasa memiliki janji dan kesepakatan yang pantang dilanggar kecuali jika menyatakan dengan terbuka pembatalah perjanjian itu.
Pada sisi lain Allah Subhanahu wa ta'ala memiliki pasukan yang tidak ada pengetahuan selain-Nya, yang bekerja untuk membantu kaum muslimin, sebagaimana yang dilakukan koloni rayap terhadap lembar pengumuman ‘embargo’ yang secara otomatis membatalkan perjanjian yang dinisiasi kaum kuffar.
Refleksi
Bagi muslimin Indonesia pada hari-hari ini, 'titik' pentingnya adalah, jauhkan diri dari penyakit wahn yang konon juga menular, tak kasat mata, dan sangat (7X) berbahaya maka insya Allah ancaman 'Wuhan' (Covid-19) akan segera berlalu. Soal kepastian tempo berapa lamanya akan berakhir, biarlah pasukan-Nya yang bekerja menuntaskannya.
Wallahu a’lam bishawab.
(bersambung lagi insya Allah)
Kota Baru Parahyangan, Bada Isya, 22 Sya'ban 1441 H. / 15 April 2020 M.
*********************************************************************
Salurkan donasi antum untuk menjaga Aqidah Umat dalam berbagai Program ANNAS FOUNDATION
Ke No. Rek. an. ANNAS FOUNDATION
Bank Muamalat :
129 000 3048 (Wakaf)
129 000 3049 (Shodaqoh)
129 000 3050 (Zakat)
Bank Mandiri :
13000 41 3000 40 (Wakaf)
13000 51 3000 54 (Shodaqoh)
13000 41 3000 57 (Zakat)
Hubungi Hot Line Kami
Di 081 12345 741
Atau Bisa Langsung Ke Kantor Kas ANNAS Foundation
Di Jl. CIJAGRA RAYA NO 39
BANDUNG
Senin sd Sabtu 09.00 sd 15.30
#ANNAS
#SyiahbukanIslam
#JundullahANNAS
#GEMAANNAS
#GARDAANNAS
#ANNASFoundation
#ANNASINDONESIA
Dikutip dari : -
Penulis : Dr. Tendy Yulisca Ramadin S.Sn.,MT
Jika artikel ini bermanfaat, silahkan share. Lets change the world together saudaraku !...
Comments