INGAT IDUL GHADIR SEBENTAR LAGI...!!! Editorial
Idul Gadhir adalah sebuah perayaan yang dilaksanakan oleh syiah untuk memperingati peringatan khutbah terakhir Nabi Muhammad Saw. di Ghadir Khum, yang terjadi pada 18 Zulhijah 10 H dalam kalender Islam.
Dalam khutbahnya, dijelaskan dalam "hadits kolam Khum", adalah dasar dari pendirian Syiah akan Hazrat Ali bin Abi Talib menjadi pewaris dari Nabi Muhammad Saw. Islam tidak mengakui bahwa khutbah terakhir tersebut terjadi serta tidak merayakan hari tersebut, karena dalam Islam, hari raya yang disyari’atkan oleh Nabi Muhammad Saw hanya Idul Fitri dan Idul Adha.
Ghadir [arab: غدير] secara bahasa artinya sungai kecil yang dialiri air. (Mu’jam al-Wasith, 2/200).
Sementara Khum [arab: خم] adalah nama sebuah lembah yang banyak pepohonannya jaraknya 3 mil dari arah Juhfah, atau sekitar 250 km di sebelah utara Mekah. Artinya, jarak Khum dengan Madinah sekitar 150 km.
Gabungan dua kata ini berarti, lembah yang banyak pepohonannya, ada sungai kecil, yang bernama Khum. (Ta’liq shahih Muslim Muhammad Fuad Abdul Baqi, hadits no. 2408).
Disebut hadits Ghadir Khum, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan hadits ini di sebuah ghadir yang bernama Khum. Peristiwa tersebut terjadi pada saat ibadah haji, di sela-sela perjalanan pulang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan haji wada’. Atau kurang lebih tiga bulan sebelum beliau meninggal dunia.
Jika di tinjau dari sisi kualitas hadits baik dari segi bahasa, matan, sanad, asbabul wurud (kronologi turunnya hadits) maka para Ulama sepakat bahwa hadits yang berasal dari orang syiah tentang peristiwa Ghadir Khum bermasalah bahkan sampai tingkat maudhu (palsu). Namun bukan kapasitas saya untuk berbicara kualitas hadits, silahkan baca literatur Islam tentang hadits Ghadir Khum itu.
Bagi orang yang beragama Islam perayaan hari raya Ghadir Khum sangat menyakiti kaum Muslimin, karena perayaannya menggunakan nama Islam. Jauh dari sikap toleransi bahkan penuh kebencian, juga sangat berbahaya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan ini pasti di cibir oleh orang munafik, fasik, liberal, plural, sok pembela HAM, dan sok nasionalis.
Hari Raya Ghodir adalah rekayasa syiah yang semakin memperjelas identitas dan perbedaan yang menyimpang antara Islam dan non Islam, karena jelas Rasulullah Saw tidak pernah mengajarkan selain dua hari raya, yaitu hari raya Idul fitri dan Idul Adha. Peristiwa ghadir menjadi momentum bersejarah yang paling berharga bagi syiah. Menurut pendeta syiah, Idul Ghadir adalah hari ketika Ali bin Abi Thalib ditunjuk sebagai Khalifah pengganti Rasulullah Saw. Mereka mengklaim bahwa Jibril turun menyampaikan wahyu kepada Nabi Saw untuk menunjuk Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sebagai khalifah. Mereka menjadikan kejadian Ghadir Khum (versi syiah) sebagai hari raya teragung, dengan melakukan sholat 2 rokaat lalu berdo’a yang isinya mencaci maki dan melaknat sahabat terbaik Nabi Saw yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Muawiyah dan istri Rasulullah Saw yaitu Aisyah, Hindun, Hafsah dan Ummu Hakam.
(Lihat doa lengkapnya di http://www.ipabionline.com/2012/11/amalan-lengkap-hari-raya-idul-ghadir.html).
Untuk mendukung kisah khayalan ghadir khum para uskup syiah membuat banyak buku diantaranya :
1. Al-Ghadir wa al-Mu’aridhun, karya Ja’far Murtadha al-Amili.
2. Al-Ghadir fi at-Turats al-Islami, karya Abdul Aziz at-Tabatabai.
3. Dalil an-Nash bi Khabar al-Ghadir ‘ala Imamati Amiril Mukminin, karya Abul Fath Muhammad bin Ali al-Karajaki.
4. Al-ghadir fi al-Kitab al-Aziz, karya Syaikh Abdul Husain al-Amini.
5. Mafad Hadis al-ghadir, juga karya Syaikh Abdul Husain al-Amini.
6. Aqwal al-Ulama fi Shihhati Hadis al-Ghadir wa Tawaturihi, juga karya Syaikh Abdul Husain al-Amini.
7. Abdul Husain juga menulis Idul Ghadir fi al-Islam.
8. Baiatu al-Ghadir, karya Muhammad al-baqir al-Anshari.
Dan masih banyak lagi buku-buku mereka tentang hari Ghadir, yang isinya kurang lebih tidak jauh beda. Ini menunjukkan bagaimana antusias syiah dalam menyebarkan aqidah tentang hari raya baru mereka, Idul Ghadir.
Dari sekian nama penulis di atas, ada satu penulis yang paling ‘ngotot’ dalam membela idul ghadir. Dia adalah Abdul Husain al-Amini. Jika perhatikan namanya, sungguh mengerikan bukan?. Abdul Husain, hamba Husain. Artinya dia bukan hamba Allah, tapi penyembah Husain.
Hadits Ghadir Khum yang digunakan oleh syiah untuk melegitimasi keyakinan mereka terhadap kepemimpinan Ali Ra pasca wafatnya Rasulullah Saw. Peristiwa ini dijadikan landasan imamah dan al-wilyah yang dikenal dalam konsep akidah syiah. Akidah Imamiah menyebut bahwa Imamiah adalah bagian dari ushuluddin, serta wajibnya menyerahkan kekhalifahan kepada Imam Ali dan Ahl Bait/imam. Dalam Islam akidah imamah dan al-wilayah tidak dikenal dan tentu saja batil. Estafet kekhalifahan dalam Islam dilakukan oleh majelis syura yang terdiri dari Ahlul aalli wal aqdi atau sejenisnya (badan legislatif yang terdiri dari para fuqaha dan ulama).
Membiarkan perayaan Idul Ghadir di Indonesia sangat berbahaya, karena berpotensi mengundang konflik antar umat beragama (antara orang Islam dan orang syiah). Tentu orang Islam tidak akan rela jika agamanya di nodai, sahabat Nabi Saw di hina dan istri-istri Rasulullah Saw di hujat. Juga berbahaya untuk masa depan NKRI karena melalui perayaan Idul Ghadir doktrin ideologi imamah di lembagakan dan diekspansikan yang berujung pada ketaatan waly al-faqih (rahbar) dan puncaknya mengakui para imam syiah sebagai pemimpin negara.
(Muslim Djamil-ANNAS Media)
Dikutip dari : -
Penulis : Muslim Djamil
Jika artikel ini bermanfaat, silahkan share. Lets change the world together saudaraku !...
Comments