Meneladani Kepemimpinan Umar bin Khottob, R.A. Beranda ANNAS
Di riwayatkan, ketika Umar bin Khottob, R.A. menjadi khalifah menggantikan Abu Bakr Ash Shiddiq, R.A., pada bulan-bulan pertama mengemban amanah, tubuh beliau yang dikenal kekar perkasa sempat merosot tajam.
Penyebab utamanya tidak lain, karena beliau nyaris tidak punya waktu yang cukup untuk beristirahat.
Setiap hari, seusai meng-imami sholat subuh sampai dengan menjelang dzuhur, beliau berdagang di pasar untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga, karena beliau tidak ingin menerima gaji se"peser" pun sebagai kepala negara.
Setelah meng-imami sholat dzuhur, barulah beliau mengurus negara.
Di malam hari acapkali beliau keluar masuk kampung untuk melihat langsung kondisi rakyatnya, khawatir jika ada yang tidak bisa tidur karena menahan lapar.
Melihat kondisi fisiknya yang semakin menurun, para sahabat pun mendesak beliau untuk mau menerima gaji ala kadarnya sekedar memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya, agar beliau bisa lebih berkonsentrasi lagi dalam mengurus negara.
Karena makin banyak yang menyarankan hal tersebut, maka akhirnya beliau pun menerima saran dan desakan para sahabatnya.
Di suatu malam ketika Umar, R.A. sedang seperti biasanya berkeliling memantau kondisi dan situasi rakyatnya, tibalah beliau disebuah rumah yang dihuni seorang janda yang saat itu tampak sedang merebus batu.
Dengan nada heran Umar bertanya kepada Ibu tersebut, mengapa ia merebus batu ? Si Ibu pun bercerita, bahwa sejak siang hari anak-anaknya menangis minta makan.
Karena tidak ada sedikitpun makanan yang tersedia di rumah, maka Ia pun kemudian merebus batu, dengan harapan anak-anaknya akan mengira jika ia sedang merebus makanan, lalu mereka menunggu sampai akhirnya tertidur.
Dengan perasaan yang sangat pilu si Ibu berkata : "Saya tidak tahu, apa yang harus saya katakan jika mereka nanti bangun dan kembali menangis meminta makan."
Si Ibu kembali berujar : "Beginilah nasib saya, seorang janda yang ditinggal suami syahid di medan perang, dimana keadaan kami ini samasekali tidak diperhatikan oleh Amirul mu'minun Umar bin Khottob"
Dengan polosnya si Ibu menyampaikan pernyataan tersebut, karena ia samasekali tidak mengira, jika yang berdiri di hadapannya adalah Umar R.A., yang terkadang tampil dengan menyamar saat melakukan kunjungan dadakan seperti itu.
Mendengar keluhan Ibu tersebut, Umar pun bergegas pergi. Tentu saja bukan bermaksud lari dari tanggungjawab, tapi justru karena beliau ingin segera melaksanakan apa yang menjadi kewajiban dan tanggungjawabnya.
Setiba di Baitul maal, beliau pun mengambil dan lalu memikul sekarung gandum pada punggungnya.
Melihat pemandangan yang sangat ganjil seperti itu, para pegawai di Baitul maal tentu saja merasa risi dan berkata : "Wahai Amirul mu'miniin, sungguh sangat tidak layak Engkau memikul beban seberat itu padahal kami ada disini, biarkan kami saja yang memikulnya"
Dengan nada tinggi Umar, R.A. menimpali pernyataan mereka seraya berkata : "Siapkah kalian memikul dosa saya di akhirat nanti dihadapan Alloh SWT ?"
Saya baru saja menyaksikan seorang ibu bersama anak-anaknya yang menahan lapar seharian. Sebagai Amirul mu'miniin, sayalah orang yang paling harus bertanggungjawab. Karenanya, biarkan saya memikul beban berat ini di dunia, daripada saya harus memikul dosa di akhirat nanti akibat melalaikan kewajiban.
Setiba di rumah Ibu tersebut, Umar pun ikut sibuk membantu memasak dan menyiapkan makanan, sampai beliau menyaksikan sendiri bagaimana ibu dan terutama anak- anaknya makan dengan lahapnya.
Sampai akhirnya bahkan beliau menyaksikan bagaimana sang ibu tersebut sujud syukur seraya berkata : "Alhamdulillah ya Alloh, Engkau telah berkenan menghadirkan seorang dari hambaMu yang berhati sangat mulia, jauh lebih mulia dari Umar bin Khottob !"
Si Ibu belum juga menyadari, jika yang berada dihadapanya itu adalah Amirul mukminiin Umar bin Khottob, R.A.
Bila kita kaitkan kisah di atas dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi di Negeri ini, tentu saja kita semua maklum, bahwasanya kehadiran wabah COVID-19 telah berdampak besar bagi sebagian masyarakat yang di PHK, dan yang juga kehilangan mata pencaharian sebagai buruh harian, akibat harus diam di rumah.
Yang pasti, kehadiran mereka telah membuat semakin besar jumlah rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan di negeri ini.
Kisah Amirul mu'minin Umar bin Khottob, R.A., mudah mudahan bisa menggugah dan menyadarkan semua pihak terutama para pemegang kekuasaan di negeri ini, agar bisa berbuat seoptimal mungkin untuk mengatasi rintihan dan jeritan masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Agar kita semua terhindar dari ancaman Alloh SWT lewat sabda RasulNya, : "Tidaklah beriman dengan (ajaran Islam) yang saya bawa, seseorang yang tidur dengan nyenyak karena perutnya sudah kenyang, sementara tetangga disekitarnya tidak bisa tidur karena menahan lapar, padahal ia mengetahuinya"
Jika ancaman dalam hadist tersebut jelas berlaku bagi setiap orang kendati dia bukan seorang pejabat, maka terlebih lagi tentunya bagi seorang pemimpin, di mana Rasulullah SAW berulang kali mengingatkan, agar setiap pemimpin hendaknya berupaya seoptimal mungkin melaksanakan amanah yang diembannya.
Siap memikul beban seberat apapun di dunia, demi mensejahterakan lahir batin rakyat yang dipimpinnya .
Sebab jika tidak, maka ia akan menyesal selama-lamanya di akhirat nanti, saat kedzaliman terhadap sekian juta rakyat yang dipimpinnya, menyeret yang bersangkutan masuk neraka jahannam tanpa hisab !
*********************************************************************
#ANNAS
#SyiahbukanIslam
#JundullahANNAS
#GEMAANNAS
#GARDAANNAS
#ANNASFoundation
#ANNASINDONESIA
Dikutip dari : -
Penulis : K.H. Athian Ali M Dai, Lc,.MA
Jika artikel ini bermanfaat, silahkan share. Lets change the world together saudaraku !...
Comments